Benarkah Ponsel Kita Ditanami  AI Untuk “Menguping” Penggunanya?

Fazril Arief Nugraha – Karyawan Swasta Sekaligus Mahasiswa Teknik Informatika di Universitas Pamulang

Foto : LINK

Pernahkan kamu merasa aneh dengan ponselmu yang tiba-tiba merekomendasikan keinginanmu secara spesifik dan relevan? Misal, ketika kamu ingin membeli sepatu, maka secara ajaib isi beranda sosial mediamu merekomendasikan berbagai jenis sepatu yang sedang kamu cari. Bagaimana ini bisa terjadi? Benarkah ada Artificial Intelegence (AI) yang ditanamkan pada ponsel kita, sehingga AI tersebut dapat “menguping” penggunanya untuk merekomendasikan hal-hal yang sedang dipikirkan oleh penggunanya?

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak laporan dan penelitian yang menunjukkan bahwa beberapa aplikasi pada smartphone mengumpulkan data pengguna tanpa izin dan melanggar privasi pengguna. Hal ini terjadi karena teknologi Artificial Intelegence (AI) pada smartphone memiliki akses ke berbagai sensor seperti kamera, mikrofon, dan sensor gerak, yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data tanpa sepengetahuan pengguna. Hal ini lah yang digunakan oleh beberapa platform digital seperti e-commerce, sosial media, games dan lain sebagainya untuk memberikan iklan yang relevan kepada penggunanya.

Lalu, bagaimana cara AI bisa mengetahui apa yang sedang kita inginkan? Sebenarnya, hal ini dapat terjadi karena adanya teknologi periklanan yang sangat canggih dan kompleks yang diterapkan oleh banyak platform digital saat ini. Teknologi ini menggunakan data-data pengguna seperti riwayat pencarian, aktivitas online, preferensi, bahkan “menguping” perbincangan pengguna secara realtime dan informasi lainnya untuk menampilkan iklan yang relevan dengan minat pengguna.

Jadi, ketika seseorang mencari atau melihat produk tertentu di e-commerce khususnya, informasi tersebut dapat dibagikan dan diakses oleh platform lain yang memungkinkan teknologi periklanan tersebut untuk mempelajari data-data yang diperoleh (machine learning)  dan kemudian dapat merekomendasikan produk yang sama di platform lain, seperti sosial media facebook, twitter, instagram, atau situs online lainnya. Dalam kasus ini, kata kunci yang sama muncul di sosial media karena platform tersebut menggunakan informasi yang sama untuk menampilkan iklan yang relevan dengan minat pengguna.

Sebenarnya, hal tersebut dapat bermanfaat pada sisi pengguna karena dapat memberikan konten iklan yang relevan sesuai kebutuhan dan minat dari pengguna tersebut. Hal ini juga dapat memudahkan proses pembelanjaan suatu produk dan menghemat waktu serta biaya pengguna. Sedangkan, dari sisi perusahaan, hal ini dapat membantu mengefisiensikan budget periklanan agar lebih terukur dan terarah sesuai niche pasar mereka.

Akan tetapi di sisi lain, tentu saja hal semacam ini masih menjadi pertanyaan besar, apakah data pengguna tersebut dapat dipastikan aman sepenuhnya atau tidak? sebab, beberapa hal menunjukan bahwa data pengguna tersebut ternyata bisa bocor ke publik serta diperjualbelikan di situs terlarang. Seperti pada kasus peretasan yang dilakukan hacker “Bjorka” yang sempat menjadi perbincangan beberapa waktu lalu. Contoh lainnya adalah, diantara kita pasti pernah menerima pesan whatsapp dari seseorang yang mempromosikan produk mereka, sedangkan kita tidak pernah mengetahui atau menyimpan nomor whatsapp tersebut. Lalu, darimana mereka dapat mengetahui nomor whatsapp kita? Hal semacam ini dapat dijelaskan jika kita berkaca pada kasus peretasan yang dilakukan hacker “Bjorka” beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, perlu adanya regulasi dan pengawasan yang tepat dari pemerintah selaku pemegang kekuasaan tertinggi di Indonesia, untuk memastikan bahwa teknologi periklanan yang menggunakan AI tidak menimbulkan atau setidaknya meminimalisir dampak negatif bagi pengguna dan masyarakat pada umumnya. Pengguna juga perlu memiliki pemahaman yang cukup tentang cara kerja teknologi ini dan memiliki kendali atas data pribadi mereka. Beberapa tips yang dapat dilakukan oleh pengguna platform digital untuk meminimalisir terjadinya penyalahgunaan data pribadi misalnya, pengguna perlu memperhatikan izin akses setiap aplikasi yang dipasang pada ponsel sehingga dapat membatasi kinerja Artificial Intelegence (AI) kepada hal yang tidak perlu.